Sabtu, 20 Juni 2015

Anatomi Organ Reproduksi Betina

Sistem Reproduksi Betina

1. Ovarium
Ovarium merupakan organ seks primer betina yang bertanggung jawab atas diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembangbiakan dari spesies. Ovarium juga merupakan organ endokrin yang memproduksi hormon steroid (estrogen dan progesterone)  yang memungkinka berkembangnya cirri-ciri seksual betina skunder dan mendukung kebuntingan. Ovarium terdapat 2 buah yaitu disebelah kanan dan kiri yang terletak didalam rongga pelvis. Strukturnya oval, ovarium tidak terikat dengan tuba falopii dengan saluran telur yang terbuka kea rah fimbriae.
Berbeda dengan testis, ovarium tertinggal di dalam cavum abdiminalis. Ia mempunyai dwi fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur (ova) dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina (estrogen dan progesteron). Pada sapi dan domba, ovarium berbentuk oval, namun pada kuda berbentuk seperti ginjal karena ada fossa ovulatorus yakni suatu legokan pada pinggir ovarium. Pada babi, ovarium berupa gumpalan anggur, folikel-folikel dan corpora lutea menutupi jaringan-jaringan ovarial di bawahnya. Pada sapi, ovarium bervariasi dalam ukuran panjang, lebar, dan tebal. Umumnya ovarium kanan lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara fisiologik lebih aktif.
            Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui tingkatan perkembangan yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier (folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de Graaf (folikel matang). Folikel primer terdiri dari satu “bakal sel telur” yang pada fase ini disebut oogonium dan selapis sel folikuler kecil. Folikel sekunder berkembang ke arah pusat stroma korteks sewaktu kelompok sel-sel folikuler. Yang memperbanyak diri membentuk suatu lapisan multi seluler sekeliling vitellus. Pada stadium ini terbentuk suatu membran antara oogonium dan sel-sel folikuler, disebut zona pellucida.
            Folikel tersier timbul sewaktu sel-sel pada lapisan folikuler memisahkan diri untuk membentuk lapisan dan sutu rongga (antrum), ke arah oogonium akan menonjol. Antrum dibatasi oleh banyak lapisan sel folikuler yang dikenal secara umum sebagai membrana granulose dan diisi oleh suatu cairan jernih Liquor foliculi yang kaya akan protein dan estrogen.
            Folikel de Graaf adalah folikel matang yang menonjol melalui korteks ke permukaan ovarium bagaikan suatu lepuh. Pertumbuhannya meliputi dua lapis sel stroma korteks yang mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca folliculi yang dapat dibagi atas theca interna yang vascular dan theca externa yang fibrous.



2. Tuba Falopii atau oviduk
Pangkal dari tubafalopii terdapat fimbrae dan ostium. Fimbrae adalah struktur bentuk corong yang berfungsi menangkap ovum yang telah diovulasi oleh ovarium dan aka diteruskan kearah tubafalopii melalui ostium. Tubafalopii merupakan saluran reproduksi betina yang kecil, berliku-liku dan kenyal serta terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.
Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil berliku-liku, dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan kuda, panjang oviduk mencapai 20--30 cm dengan diameter 1,5--3 mm. oviduk tergantung pada mesosalpink. Ia dapat dibagi atas infundibulum dengan fimbriae-nya, ampula, dan isthmus.
            Ujung oviduk dekat ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur berupa corong (infundibulum). Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi oleh penonjolan-penonjolan ireguler pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluh-pembuluh darah pada fimbriae penuh berisi darah yang mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae. Penegangan ini diiringi oleh kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii mendekati permukaan ovarium untuk menerima ovum matang yang akan dilepaskan.
            Ampula tuba fallopii merupakan setengah dari panjang tuba dan bersambung dengan daerah tuba yang sempit, isthmus. Pada saat ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbrial. Kapasitas sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba fallopii. Cairan luminal tuba fallopii merupakan lingkungan yang baik untuk terjadinya fertilisasi dan permulaan perkembangan embrional. Cairan dihasilkan oleh lapisan epitel tuba karena pengaruh hormon ovarial. Pertemuan utero-tubal mengatur pengangkutan sperma dari uterus ke tuba fallopii dan transpor embrio dari tuba ke dalam uterus.


3. Uterus
Uterus biasanya memiliki dua pasang tanduk yaitu Kornua uteri, satu buah tubuh yang disebut dengan corpus uteri dan satu buah leher rahim yang disebut juga dengan servik uteri.
Uterus terdiri dari kornu, korpus, dan serviks. Proporsi relatif masing-masing bagian berbeda-beda antar spesies. Uterus babi tergolong bicornis  dengan kornu yang sangat panjang tetapi korpusnya sangat pendek. Uterus sapi, domba, dan kuda kedua kornu dan korpus uteri yang cukup panjang (paling besar pada kuda).
            Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang dikenal yaitu endometrium dan miometrium. Endometrium adalah suatu struktur glanduler yang terdiri dari lapisan epitel yang membatasi rongga uterus, lapisan glanduler, dan jaringan ikat. Miometrium merupakan bagian muskuler dinding uterus yang terdiri dari dua lapis otot polos, selapis dalam otot sirkuler, dan selapis luar otot longitudinal yang tipis.
            Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung penonjolan-penonjolan seperti cendawan dan tidak berkelenjar, disebut caruncula. Uterus sapi memiliki 70--120 caruncula yang berdiameter 10 cm dan terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta) yang menerima villi chorionok placental. Villi-villi chorion hanya berkembang pada daerah tertentu pada selubung faetus (cotyledon) yang memasuki caruncula. Cotyledon dan caruncula bersama-sama disebut placentoma. Uterus kuda dan babi tidak mempunyai caruncula.


Tipe bentuk uterus hewan ada bermacam-macam, antara lain:

1.    Uterus Simpleks
Uterus tipe Sipleks ini dimiliki oleh primata dan mamalia sejenis.Uterus tipe ini mempunyai servik uteri, korpus uteri nya jelas dan tidak memiliki kornua uteri.
2.    Uterus Bipartitus
Uterus tipe Bipartitus ini dimiliki oleh sapi, domba, anjing, kucing, dan kuda. Uterus tipe ini mempunyai satu servik, korpus uteri jelas terutama pada kuda, mempunyai kornua uteri, dan terdapat sebuah septum pemisah kedua kornua uteri.
3.    Uterus Bikornis
Uterus tipe Bikornis ini dimiliki oleh babi. Korpus uterus sangat pendek, sebuah servik dan kornua uteri panjang serta berkelok-kelok.
4.    Uterus Duplek
Uterus tipe duplek ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, dan marmot. Uterus tipe ini memiliki dua korpus uteri, dan dua servik.
5.    Uterus Delphia
Uterus tipe delphia ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti opossum, kanguru, dan platypus. Semua saluran kelaminnya terbagi dua yaitu dua kornua uteri, dua korpus uteri, dua servik, dan dua vagina.
                            



GAMBAR TIPE-TIPE UTERUS
Uterus mempunyai fungsi-fungsi yang penting untuk perkembangbiakan ternak. Pada waktu perkawinan, kontraksi uterus mempermudah pengangkutan sperma ke tuba fallopii. Sebelum implantasi, uterus mengandung cairan yang merupakan medium bersifat suspensi bagi blastocyt, sesudah implantasi uterus merupakan tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus.
            Fungsi lain uterus adalah adanya hubungan kerja secara timbal balik dengan ovarium. Adanya korpus luteum akan merangsang uterus menghasilkan PGF2α yang berfungsi untuk regresi korpus luteum secara normal. Stimulasi uterus selama fase permulaan siklus birahi mempercepat regresi korpus luteum dan menyebabkan estrus dipercepat.

4.  Serviks
            Serviks adalah suatu struktur berupa sphincter yang menonjol ke kaudal ke dalam vagina. Serviks dikenal dari dindingnya yang tebal dan lumen yang merapat. Dindingnya ditandai dengan berbagai penonjolan.
            Pada ruminansia penonjolan-penojolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler. Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) yang dapat menutup rapat serviks. Pada babi, cincin-cincin tersebut tersusun dalam bentuk sekrup pembuka botol yang disesuaikan dengan perputaran spiralis ujung penis babi jantan. Pada kuda, rongganya lurus dengan lipatan memanjang berbentuk seperti corong sehingga mudah didilatasi secara manual.
            Serviks berfungsi untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke lumen uterus. Pada saat estrus, serviks akan terbuka sehingga memungkinkan sperma memasuki uterus sehingga terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan mucus yang keluar melalui vagina. Pada saat hewan bunting, serviks menghasilkan sejumlah besar mucus tebal yang dapat menutup atau menyumbat mati canalis servicalis sehingga mencegah masuknya materi infeksius ke dalam uterus serta mencegah fetus keluar. Sesaat sebelum partus, penyumbat serviks mencair dan serviks mengalami dilatasi sehingga terbuka dan memungkinkan fetus beserta selaputnya dapat keluar.


5. Vagina
Vagina merupakan saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan semen. Vagina juga merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus.
Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di dalam rongga pelvis, dorsal dari vesica urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris (tempat deposisi semen dan menerima penis), serta sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Legokan yang dibentuk oleh penonjolan serviks ke dalam vagina disebut fornix. Himen adalah suatu konstriksi sirkuler antara vagina dan vulva. Himen dapat menetap dalam berbagai derajat pada semua spesies dari suatu pita sentral tipis dan vertikal sampai suatu struktur yang sama sekali tidak tembus (himen imperforata).
            Vagina sapi mempunyai panjang 25,0--30,0 cm dan pada domba 7,5--10,0 cm. pada keduanya ditemukan sisa-sisa saluran Wolfii. Pada kuda, panjangnya 20,0--35,0 cm dan pada babi 7,5--11,5 cm; sisa-sisa saluran Wolfii jarang ditemukan.
Gambar Organ reproduksi betina mamalia
Gambar Organ reproduksi wanita
SIKLUS MENSTRUASI

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari. Jika darah keluar lebih dari 15 hari maka itu termasuk darah penyakit. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.

Fase menstruasi, yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding endometrium dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya menurunnya kadar hormone estrogen dan progenteron. Fase pra-ovulasi, yaitu, masa pembentukan dan pematangan oosit dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Fase ovulasi, yaitu masa subur atau ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana oosit yang matang siap untuk dibuahi. Fase pascaovulasi, yaitu, masa kemunduran oosit bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka kadar hormon seks dalam tubuh akan menurun dan terjadi fase menstruasi kembali.
Siklus Estrus
           
Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai, estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting menurut suatu siklus yang teratur dan khas. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus kepermulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon adenohipofise.
            Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu kali mengalami periode estrus per tahun, contohnya beruang, srigala, dan kebanyakan hewan liar. Golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan yang memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun, contohnya sapi, kambing, babi, kerbau dan lain-lain. Golongan ketiga, hewan poliestrus bermusim yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus estrus periodik hanya selama musim tertentu dalam satu tahun, contohnya domba yang hidup di negara dengan empat musim.

Fase-fase Siklus Estrus
            Menurut perubahan-perubahan yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan diestrus. Pembagian yang lain berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon maka siklus estrus dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenik yang meliputi proestrus dan estrus, serta fase luteal atau progestational yang terdiri atas metestrus/postestrus dan diestrus. Lama berbagai periode siklus estrus pada beberapa hewan tercantum pada Tabel 8. Secara umum, siklus birahi pada babi, sapi, dan kuda berkisar antara 20—21 hari, sedangkan pada domba 16—17 hari.

Tabel 1. Lama berbagai periode siklus estrus pada hewan peliharaan
Jenis ternak
Proestrus (hari)
Estrus
Metestrus (hari)
Diestrus (hari)
Sapi
3
12—24 jam
3—5
13
Kuda
3
4—7 hari
3—5
6—10
Babi
3
2—4 hari
3—4
9—13
Domba
2
1—2 hari
3—5
7—10

1. Proestrus
            Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu periode pada saat folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah. Sistem reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium. Folikel atau folikel-folikel (tergantung spesiesnya) mengalami pertumbuhan yang cepat selama 2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya cairan folikuler yang berisi hormon estrogenik.
            Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan merangsang saluran reproduksi untuk mengalami perubahan-perubahan. Sel-sel dan lapisan bersilia pada tuba falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami vaskularisasi, epitel vagina mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta serviks mengalami elaksasi secara gradual. Banyak terjadi sekresi mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina bagian anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan dari mukus yang lengket dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir proestrus berubah lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung pada vulva. Corpus luteum dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan pengecilan secara cepat.


2. Estrus
            Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang dihasilkan folikel de Graff akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi yang maksimal. Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH dan meningkatka LH dalam darah.
Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan yaitu menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi cairan bertambah. Ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de Graff untuk menangkap ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang, dan pada beberapa spesies akan mengalami oedematus. Suplai darah meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan. Serviks mengendor, agak oedematus, dan sekresi cairanya meningkat. Mokosa vagina sangat menebal, sekerinya bertambah, epitel yang berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua spesies, pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang bening dan transparan  seperti seutas tali menggantung pada vulva. Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang bermigrasi ke lumen uterus.

3. Metestrus/Postestrus
            Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai dengan pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Kehadiran progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan folikel dan estrus tidak terjadi.
            Pada periode ini, uterus mengadakan persiapan untuk menerima dan memberi makan embrio. Pada awal postestrus, epitelium pada karunkula uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler yang menyebabkan terjadinya pendarahan. Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari kelenjar-kelenjar endometrium. Pada pertengahan sampai akhir metestrus, uterus agak melunak karena otot-ototnya mengendor. Apabila tidak terjadi kebuntingan maka uterus dan saluran reproduksi yang lain akan beregresi kekeadaan kurang aktif.

4. Diestrus
            Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-ternak mamalia. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron menjadi dominan. Endometrium menebal, kelenjar uterina membesar, dan otot uterus menunjukkan peningkatan perkembangan. Perubahan ini ditunjukkan untuk mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi kebuntingan. Kondisi ini akan terus berlangsung selama masa kebuntingan dan korpus luteum akan dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan.
Serviks menutup rapat untuk mencegah benda-benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta lendirnya mulai kabur dan lengket. Apbila tidak terjadi kebuntingan, maka endometrium dan kelenjar-kelenjarnya beratrofi atau berregresi keukuan semula. Folikel-folikel mulai berkembang dan akhirnya kembali ke fase proestrus.
Pada  beberapa spesies yang tidak termasuk golongan poliestrus atau poliestrus bermusim, setelah periode diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang normal akan diikuti oleh proestrus. Secara fisiologis, aneastrus ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus fisiologis dapat diobservasi pada negara-negara yang mempunyai 4 musim, yaitu musim semi dan panas pada domba serta selama musim dingin pada kuda. Selama anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan lengket, serta serviks tertutup rapat dengan mukosa yang pucat. Aktivitas folikuler dapat terjadi dan ovum dapat berkembang tetapi tidak terjadi pematangan folikel dan ovulasi.

Pengaturan Hormonal pada Siklus Estrus
            Pada dasarnya, pola siklus estrus sama tetapi berbeda antar spesies. Siklus estrus secara langsung diatur oleh hormon-hormon tetapi secara tidak langsung oleh hormon adenohipofise. Pengaturan hormon pada siklus estrus tergantung sirkulasi hormon di dalam pembuluh darah hewan betina dan reaksi organ target dari hormon yang bersangkutan.







4 komentar:

  1. terima kasih atas artikel yang anda posting, anda dapat menjawab pertanyaan saya di posting sebelumnya

    BalasHapus
  2. apakah sama saja dengan oergan reproduksi pada wanita ?

    BalasHapus
  3. apakah sama dengan organ reproduksi wanita ?

    BalasHapus
  4. sama saja karena manusia dan ternak ruminansia termasuk golongan mamalia

    BalasHapus