Rabu, 03 Juni 2015

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia/ Sapi Perah






MENGIDENTIFIKASI  SISTEM  PENCERNAAN
TERNAK RUMINANSIA

a.       Organ Pencernaan
1)    Mulut
Mulut digunakan terutama untuk menggiling makanan serta mencampurnya dengan saliva, serta berperan dalam mekanisme prehensik (menggigit). Bagian dari mulut terdiri dari gigi, lidah serta bibir, pipi, rahan dan langit-langit mulut.  
a)    Gigi
Berdasarkan jenisnya gigi dapaat dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis gigi pemotong atau pengoyak (gigi taring dan gigi seri) dan jenis gigi penggiling (premolar dan molar).
Setiap jenis ternak mengalami pergantian gigi dari gigi susu diganti dengan gigi tetap. Gigi susu (desiduous) adalah gigi yang muncul pertama kali dan akan digantikan dengan gigi tetap. Ternak ruminansia  memiliki susunan gigi yang berbeda dengan jenis ternak lainnya. Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi susu dan gigi tetap sebagai berikut:
Susunan gigi susu:
3
0
0
0
0
3
Rahang atas
DP
DC
DI
DI
DC
DP
Jenis gigi
3
0
4
4
0
3
Rahang bawah

Susunan  gigi tetap:
3
3
-
-
-
-
3
3
Rahang atas
M
P
C
I
I
C
P
M
Jenis gigi
3
3
-
4
4
-
3
3
Rahang bawah
Keterangan:
D
=
Desiduous
=
Gigi susu
I
=
insisivus
=
gigi seri
C
=
caninus
=
gigi taring
P
=
premolar
=
geraham depan
M
=
molar 
=
geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa pada susunan gigi susu dimulai dengan huruf D = desiduous (gigi susu), untuk membedakan dengan susunan gigi tetapnya. Pada sapi (ternak ruminansia) tidak terdapat gigi susu molar. Gigi molar hanya terdapat sebagai gigi tetap.
Sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk sedemikian rupa yang berguna untuk  menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput. Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
b)   Lidah
Lidah tersusun atas suatu masa otot yang tertutup oleh membrane mucosa. Ternak mempergunakan lidah sebagai organ untuk membantu proses menggigit dan mengunyah makanan. 
c)    Bibir, pipi, rahang dan langit-langit mulut.
Bibir ternak kambing, domba bersifat lunak dan fleksibel. Dan berperan membantu dalam pengambilan makanan. Sedangkan bibir pada sapi lebih bersifat keras dan kurang fleksibel sehingga hanya berperan untuk menutup mulut. Bibir pada bagian luar  tertutup oleh kulit  sedangkan pada bagian dalam tertutup oleh membran mucosa.
Pipi merupakan suati struktur otot yang tertutup kulit dan bagian dalamnya terselimuti oleh membran mukosa. Pipi berperan membantu lidah dalam menempatkan makanan diantara gigi-gigi pada saat mengunyah.
Rahang, ditutupi oleh otot-otot yang kuat, salah satunya adalah otot pterigoit, yang berperan dalam gerakan menggiling makanan dengan cara menjulurkan rahang dan menggerakkannya dari sisi  ke sisi.
Langit –langit mulut terdiri dari dua macam, yaitu langit – langit keras  yang membentuk rongga mulut  sampai kearah dorsal ke baian yang lunak yang memisahkan antara mulut dan nasofarinks.
2)    Farink
Farinks merupakan saluran umum, baik untuk lewatnya makanan ataupun udara. Dilapisi oleh membran mukosa dan dikelilingi oleh otot-otot. Beberapa saluran yang menuju  farinks adalah mulut, dua lubang hidung kaudal, dua saluran eustasian (telinga), esophagus dan larinks.  Udara yang dihirup akan masuk ke rongga hidung  terus ke lubang hidung kaudal. Udara selanjutnya melewati farinks masuk ke larinks.
Dengan adanya saluran eustasian memungkinkan terjadinya pertukaran udara antara farinks dan telinga bagian tengah, sehingga tekanan udara pada kedua sisi membran timphani (drum telinga) akan seimbang.
Makanan dari mulut masuk ke farinks, kemudian didorong masuk ke dalam esophagus melalui kontraksi otot-otot faringeal. Selama periode ini secara reflek larinks akan tertutup.
3)    Esophagus
Esophagus merupakan kelanjutan langsung dari farinks. Merupakan suatu saluran musculer yang membentang dari farinks menuju ke perut. Dinding esophagus terdiri dari dua lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya membentuk lapis sirkuler. Esophagus (kerongkongan) pada sapi  pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (membesar). 
4)    Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada lambung terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan hidrolitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu, retikulum, rumen, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Retikulum, rumen dan omasum secara bersama sama disebut dengan lambung bagian depan (forestomach atau proventriculus)
                  
a)    Retikulum
Retikulum merupakan bagian perut yang paling cranial. Bagian dalam dari reticulum diselaputi oleh membrane mukosa yang mengandung “intersecting ridge” yang membagi permukaaan bagian dalam tersebut menjadi permukaan yang menyerupai sarang lebah, sehingga retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware stomach, honeycomb (rumah lebah), waterbag, atau pace setter.
Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
b)   Rumen
Pada sapi dewasa rumen merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen disebut juga paunch atau ruang fermentasi. Rumen disebut juga dengan perut beludru, hal tersebut karena pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu
c)    Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice, dan disinilah terdapat susunan lipatan membrane mukosa yang disebut “vela terminalia” yang berfungsi untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke abomasums kembali menuju ke omasum.
d)   Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Bagian terminal dari abomasum terdapat ”pilorus”, merupakan suatu spinter (penebalan serabut otot) pada pertautan antara abomasum dengan usus. 
Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK3e0QKZC9vtl2jX-rpj_2Up9t_Gh0yqQYA1h-e2-UAldvjyOSvlmFeghWv7r4XecRD2Opdc6IRDUMy-pGBlxjGsOiqRyLZJ9RTM9u343c4k8LKF_eEtX-xzNAcwRt2KKNBq8rNg1HS5vC/s320/ruminansia.bmphttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK3e0QKZC9vtl2jX-rpj_2Up9t_Gh0yqQYA1h-e2-UAldvjyOSvlmFeghWv7r4XecRD2Opdc6IRDUMy-pGBlxjGsOiqRyLZJ9RTM9u343c4k8LKF_eEtX-xzNAcwRt2KKNBq8rNg1HS5vC/s320/ruminansia.bmp








    
     Gambar: Organ Pencernaan Sapi

5)    Usus Halus
Usus halus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ilium.
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus dan terikat pada mesentri yang pendek yaitu mesoduodenum. Mesentri adalah suatu lipatan dari peritoneum yang mendukung usus dan melekatkannya ke dinding abdominal bagian dorsal. Peritoneum adalah membran serosa yang menyelimuti seluruh rongga abdominal dan menutupi seluruh organ viceral di dalam rongga perut.  
Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum. Sedangkan antara jejenum dengan   ileum  bersambung dan antara keduanya tidak ada batas yang jelas. Ilium ini merupakan bagian akhir dari usus halus dan berbatasan dengan usus besar. Batas antara usus halus dan usus besar disebut osteum iliale.
6)    Usus Besar
Usus besar terdiri dari sekum yang merupakan suatu kantong buntu, kolon dan berakhir pada rektum. Sekum pada ternak pemakan tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu karena pakan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.  Berdasarkan bentuknya kolon dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu dimulai dari awal kolon berkelok (ansa spiralis),  berlanjut dengan kolon transfersal, dan terakhir  kolon desending.
b.      Organ  Pencernaan Assesoris
1)    Glandula  Saliva
Berdasarkan getah yang dihasilkan glandula saliva dibedakan menjadi 3 macam yaitu Glandula serosa (menghasilkan cairan jernih), glandula mukosa (menghasilkan cairan yang bentuknya kental berperan melindungi permukaan membran mukosa, dan glandula campuran menghasilkan keduanya baik mukosa maupun serosa. Pada ternak ruminansia glandula saliva hanya menghasilkan getah saliva yang tidak mengandung enzim amilase.
2)    Pancreas
Pancreas adalah glandula tubulo alveolar yang memiliki bagian endokrin maupun eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin pancreas  mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sedangkan sebagai kelenjar eksokrin pancreas  menghasilkan Na3HCO3 dan  cairan yang diperlukan  bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu “pancreatic juice”. Cairan ini selanjutnya mengalir ke dalam duodenum melali saluran pancreas (pancreatic duct).  Dari pancreas ini disekresikan 5 macam enzim yang diperlukan dalam membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak.
Beberapa enzim dari pancreas disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif pada saat berada di dalam saluran pencernaan. Tripsinogen adalah enzim proteolitic yang diaktifkan  di dalam usus halus oleh  enzim enterokinase yang dihasilkan oleh dinding usus halus. Tripsinogen diaktifkan menjadi tripsin. Kemudian tripsin akan mengaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin. Enzim lainnya seperti nuclease, amilase dan lipase disekresikan dalam  bentuk aktif.
3)    Hati
Setiap jenis ternak hati selalu bervariasi baik letaknya maupun jumlah lobusnya, tetapi selalu terletak di belakang diafragma dan cenderung di sisi sebelah kanan, terutama pada ternak ruminansia. Karena perut yang besar mendorong bagian-bagian lain ke sisi kanan. Secara fisiologis hati memiliki beberapa fungsi antara lain:
a)    Sekresi empedu
b)    Detoksifikasi senyawa racun dalam tubuh
c)    Metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak
d)    Penyimpanan vitamin
e)    Penyimpanan karbohidrat
f)     Destruksi sel darah merah
Salah satu peranan terpenting dari hati dalam proses pencernaan adalah menghasilkan getah empedu yang disalurkan ke dalam duodenum melalui dua buah saluran. Warna kehijauan dari getah empedu merupakan hasil akhir  dari destruksi  sel darah merah yaitu biliverdin dan bilirubin. Getah tersebut disimpan di dalam kantong yang disebut kantong empedu (gallblader). Dari kantong empedu terbentuk saluran empedu yang langsung berhubungan dengan duodenum.
Pakan yang masuk ke dalam duodenum akan memacu kantong empedu untuk mengkerut dan mengeluarkan getah empedu ke dalam duodenum. yang dapat membantu pencernaan dan penyerapan lemak oleh usus halus.
c.       Pencernaan  Makanan
Tujuan utama proses  pencernaan  adalah Memecah bahan makanan menjadi ukuran yang cukup kecil sehingga bisa diserap & menembus dinding usus masuk ke dalam pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
1)    Prensip Pencenaan
Prinsip pencernaan pada ternak ruminansia ada tiga macam:
a)    Pencernaan secara mekanik (fisik);
Pencernaan mekanis lebih banyak dilakukan di dalam mulut dengan cara dipotong dengan menggunakan gigi seri  dan dikunyah dengan menggunakan gigi geraham
b)   Pencernaan secara kimiawi (enzimatik);
Pencernaan secara kimia dilakukan oleh enzim pencernaan yang berperan sebagai pemecah ikatan protein, lemak, dan karbohidrat.  Enzim- enzim  tersebut dihasilkan oleh:
·         kelenjar saliva di mulut;
·         enzim yang dihasilkan oleh lambung
·         enzim dari pankreas;
·         Getah  empedu dari hati; dan
·         enzim dari usus halus.
c)    Pencernaan secara mikrobiologik
Pencernaan mikrobiologik terjadi di dalam lambung, sekum  dan kolon.
2)    Proses   Pencernaan
Dengan menggunakan organ-organ seperti bibir, gigi, lidah, pipi dan rahang makanan dimasukkan dalam mulut. Gerakan  memasukkan makanan ke dalam mulut tersebut dinamakan prehansi, dan organ yang berperan dalam proses pemasukan makanan ke dalam mulut disebut dengan organ yang bersifat prehensil.
Setelah makanan masuk ke dalam mulut mengalami mastikasi (chewing) atau pengunyahan. Proses mastikasi biasanya segera mengikuti proses prehensi. Proses mastikasi ini terjadi secara reflek ketika ada makanan masuk ke dalam mulut.
Makanan di dalam mulut selanjutnya akan dicampur dengan getah saliva. Pada ternak ruminansia saliva juga berguna untuk mempertahankan konsistensi cairan rumen, membantu menetralkan asam yang dibentuk mikroorganisme, dan mencegah timbulnya gelembung udara atau buih (frothing).
Sekresi getah saliva merupakan kerja reflek yang dalam .keadaan normal dirangsang oleh adanya makanan di dalam mulut. Reflek salivasi ini terjadi bukan hanya kalau ada makanan di dalam mulut saja, akan tetapi penglihatan, penciuman, dan fikiran atas suatu jenis makanan tertentu.juga merangsang terjadinya reflek salivasi.
Jenis saliva yang disekresikan berkaitan dengan tingkat kekeringan jenis makanannya. Apabila ada makanan kering di dalam mulut maka saliva yang disekresikan bersifat encer dan dalam jumlah banyak. Jika makananya basah maka saliva yang disekresikan bersifat kental untuk melumasi makanan agar mudah ditelan. Proses penelanan disebut dIglutisi. Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu bergeraknya makanan atau air melalui mulut, bergeraknya makanan ke dalam farinks dan selanjutnya ke esophagus.
Tahap bergeraknya makanan melalui mulut ini berada di bawah kontrol kehendak. Setelah mengalami pelumasan dan pengunyahan di dalam mulut makanan  akan terbentuk bolus yang ditempatkan pada permukaan atas lidah. Setelah itu ujung lidah diangkat ke arah palat keras untuk menggerakkan bolus ke farinks. Pada saat yang sama palat lunak diangkat untuk menutupi lubang hidung sebelah kaudal. Kemudian dasar lidah akan menddorong bolus masuk ke dalam  farinks.
Dengan masuknya bolus makanan ke dalam farinks, maka tahap kedua yang terjadi yaitu bergeraknya bolus di dalam farinks. Dengan bantuan gerakan peristaltik. Selanjutnya tahap ketiga yaitu masuknya makanan ke dalam esophagus, dengan bantuan gerakan peristaltik.
Dari esophagus  makanan masuk ke dalam retikulum dan selanjutnya masuk ke rumen. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke esophagus dan selanjutnya masuk kembali ke mulut untuk dikunyah  kedua kali dan ditelan kembali. Proses ini disebut dengan ruminasi. Jadi ruminasi adalah proses yang memungkinkan seekor ternak untuk: merumput dan makan cepat, kemudian mengunyah (mastikasi),mencampur dengan saliva (salivasi),  menelan (diglutisi), mengeluarkan kembali ke dalam mulut (regurgitasi), mengunyah kembali (remastikasi), pencampuran dengan saliva (resalivasi), dan menelan kembali (rediglutisi)
Setelah mengalami pengunyahan kembali, pakan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Permukaan omasum berbentuk buku-buku, sehingga memiliki permukaan yang sangat luas, dan disinilah  sebagian air diserap. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicerna untuk menjadi sumber protein bagi ternak ruminansia. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi. Nah, inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum sebagian akan keluar dari tubuh ternak bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) ternak yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
a)    Pencernaan  Karbohidrat
Setelah makanan memasuki duodenum maka getah pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam duodenum. Pada waktu yang bersamaan, garam empedu alkalis yang dihasilkan dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu dikeluarkan pula kedalam duodenum. Garam empedu menetralisir keasaman isi usus di daerah tersebut dan menghasilkan keadaan yang alkalis. Salah satu enzim pencernaan dari pancreas adalah amilase yang memecah pati kedalam disakharida dan gula-gula kompleks. Apabila makanan melalui usus kecil maka sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula lainnya yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya menghidrolisir atau mencerna senyawa-senyawa gula ke dalam gula-gula sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana adalah hasil akhir dari pencernaan karbohidrat.
b)   Pencernaan Lemak
Garam-garam empedu hati mengemulsikan lemak dalam duodenum. Lemak berbentuk emulsi tersebut kemudian dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase, suatu hasil getah pankreas. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan lemak.
c)    Pencernaan Protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal, campuran pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat dicerna dalam duodenum maka tripsin getah pankreas memecah sebagian proteosa dan pepton ke dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam amino. Erepsin yang dikeluarkan ke dalam usus halus melengkapi pencernaan hasil pemecahan protein ke dalam asam-asam amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan protein.

Gambar proses pencernaan sapi
 
 












2 komentar:

  1. sebutkan contoh ternak ruminansia ?

    BalasHapus
  2. kenapa dikatakan ternak ruminansia ? apa sebenarnya ruminansia itu ?

    BalasHapus